Usaha untuk mengelompokkan teori – teori dan pendekatan kedalam sejumlah paradigma yang dilakukan sejauh ini telah menghasilkan pengelompokan yang sangat bervariasi. Kinloch (1977), contohnya, mengidentifikasi sekurangnya ada 6 paradigma atau perspektif teoretikal (Organic paradigm, Conflict paradigm, Social Behaviorism, StructureFunctionalism, Modern Conflict Theory, dan Social-Psychological paradigm). Tetapi Crotty (1994) mengelompokkan teori-teori sosial antara lain ke dalam Positivism, Interpretivism, Critical Inquiry, Feminism, dan Postmodernism. Burrel dan Morgan (1979), telah mengelompokkan teori – teori dan pendekatan dalam ilmu – ilmu sosial ke dalam 4 paradigma : Radical Humanist Paradigm, Radical Structuralis Paradigm, Interpretive Paradigm, dan Functionalist Paradigm. Namun bahasan mereka tidak secara jelas menunjukkan implikasi metodologi dari masing – masing paradigma. Sementara itu Guba dan Lincoln (1994) mengajukan tipologi yang mencakup 4 paradigma : Positivism, Postpositivism, Critical Theories et al, dan Constructivism, masing – masing dengan implikasi metodologi tersendiri (Hidayat, 2003;02).
Tetapi sejumlah ilmuwan sosial lain melihat positivism dan postpositivism bisa disatukan sebagai classical paradigm karena dalam prakteknya implikasi metodologi keduanya tidak jauh berbeda. Karena itu pula, untuk mempermudah kepentingan bahasan tentang implikasi metodologi dari suatu paradigma, maka teori – teori dan penelitian ilmiah komunikasi cukup dikelompokkan ke dalam 3 paradigma, yakni : 1) Classical Paradigm (yang mencakup positivism dan postpositivism), 2) Critical Paradigm, dan 3) Constructivism Paradigm (Hidayat, 2003;02-03).
TIGA PERSPEKTIF / PARADIGMA ILMU SOSIAL
PARADIGMA
KLASIK
|
PARADIGMA KONSTRUKTIVISME
|
PARADIGMA
TEORI – TEORI KRITIS
|
Menempatkan ilmu sosial seperti halnya ilmu-ilmu alam dan fisika, dan sebagai metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan deductivelogic dengan
pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan – atau
memperoleh konfirmasi tentang – hukum sebab akibat yang bisa digunakan
memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu.
|
Memandang
ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful
action melalui pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku sosial
dalam setting keseharian yang alamiah, agar mampu memahami dan
menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan
dan memelihara / mengelola dunia sosial mereka.
|
Mendefinisikan
ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap
”the real structures” dibalik ilusi, false needs, yang dinampakkan
dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk suatu kesadaran sosial
agar memperbaiki dan merubah kondisi kehidupan manusia
|
(Hidayat, 2003;03)
Hubungan Teori Dalam Penelitian Ilmiah Komunikasi
Suatu
penelitian ilmiah selalu dimulai dengan suatu perencanaan yang seksama.
Perencanaan ini dalam bidang ilmiah mana pun mengikuti suatu logika
yang sama, karena pada pokoknya suatu perencanaan merupakan serentetan
petunjuk – petunjuk yang disusun secara logis dan sistematis. Suatu
perencanaan yang baik membutuhkan pemikiran yang seksama, sehingga
sering kali memakan waktu yang jauh lebih lama daripada diperkirakan
semula. Namun waktu dan pemikiran yang digunakan itu tak akan sia – sia,
karena diterimanya usul suatu penelitian atau berhasil tidaknya
penelitian itu, sebagian besar ditentukan dengan perencanaannya.
Suatu
perencanaan liputan dapat dibagi ke dalam delapan lagkah sebagai
berikut : (1) pemilihan persoalan; (2) penentuan ruang lingkup; (3)
pemeriksaan tulisan – tulisan yang bersangkutan; (4) perumusan kerangka
teoritis; (5) penentuan konsep – konsep; (6) perumusan hipotesa –
hipotesa; (7) pemilihan metode pelaksanaan penelitian; (8) perencanaan
sampling (Koentjaraningrat, 1985;14)
Sehingga
dapat terlihat bahwa adanya keterkaitan erat antara teori komunikasi
dengan sebuah penelitian ilmiah. Dikarenakan sebuah teori merupakan
salah satu pondasi dimana seseorang akan membangun sebuah konstruksi
penelitian ilmiah.
0 komentar:
Posting Komentar